Beberapa Cara Yang Dapat Dilakukan Facebook Untuk Melawan Berita Palsu

Literasi Digital

Berita palsu begitu merajalela di media sosial terutama Facebook. Pemilu AS adalah puncak berkuasanya berita palsu di Facebook di mana berita palsu tersebut mampu mengalahkan berita sebenarnya dari beberapa media terkenal seperti The New York Times. Di Indonesia perkembangan berita palsu ini juga cukup mengkhawatirkan. Hal ini tentu harus ditanggulangi.

Khusus di Facebook kepopuleran berita palsu ini sangat mengkhawatirkan karena ada 1,8 miliar pengguna di sana yang bisa disesatkan oleh berita palsu tersebut. Untuk itulah Eli Pariser, founder Upworthy membuat sebuah dokumen terbuka di Google di mana setiap orang bisa memberikan ide bagaimana menangani berita palsu di Facebook. Saat ini sudah ada 102 halaman dokumen yang berisi beberapa cara menangani berita palsu. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan oleh Facebook.

Mirip dengan sistem centang biru Twitter. Verifikasi berarti bahwa organisasi berita harus mengajukan diri untuk diverifikasi dan akan terbukti menjadi sumber berita yang kredibel sehingga cerita akan dipublikasikan dengan tanda diiverifikasi. Verifikasi juga bisa berarti prioritas yang lebih tinggi dalam algoritma newsfeed, sementara bila berulang kali posting berita palsu akan berakibat kehilangan standing diverifikasi.

2. Pisahkan Artikel Berita dari Informasi Pribadi

Berbagi berita atau artikel di media sosial menggeser kepemilikan opini dari penulis ke si pembagi berita atau artikel tersebut. Dengan menggeser percakapan tentang artikel ke orang ketiga, hal ini akan membuat jauh lebih baik. Namun cara ini tidak benar-benar bisa memecahkan masalah.

3. Tambahkan Tanda Berita Palsu

Pelabelan artikel bermasalah dengan cara ini akan menunjukkan kepada pengguna Facebook bahwa ada beberapa pertanyaan atas kebenaran di sebuah artikel. Pengguna dapat menandai cerita yang ditampilkan artikel tertentu sebagai palsu dan jika cukup banyak pengguna yang menandainya pembaca akan melihat kotak peringatan yang menyatakan: “beberapa pengguna telah menandai kisah ini sebagai palsu”, sebelum mereka bisa mengklik berita tersebut.

four. Tambahkan Waktu Delay untuk Kembali Membagi

Artikel di Facebook atau Twitter bisa dikenakan waktu delay setelah mereka mencapai batas jumlah tertentu dalam melakukan share. Dengan cara ini media tidak bisa seenaknya memposting berita atau artikel dalam waktu yang berdekatan. Mereka harus menunggu dalam waktu tertentu jika ingin memposting berita. Delay waktu ini bisa mencegah pengguna membaca berita palsu.

5. Kemitraan dengan situs pemeriksa fakta, seperti Snopes

Berita palsu bisa secara otomatis ditandai dengan link ke sebuah artikel di Snopes. Dengan membangun kemitraan, Facebook bisa mengandalkan mitranya untuk memverifikasi berita tertentu sehingga tidak dimunculkan di news feed.

6. Headline dan AnalisisKonten

Sebuah algoritma bisa menganalisis konten dan judul berita untuk menandai isi dari sebuah berita atau artikel adalah palsu. Isi dari artikel tersebut bisa diperiksa dari sumber terpercaya, hyperlink ke Associated Press atau organisasi media lainnya masuk daftar putih.

Sumber: The Guardian